POJOK DISKUSI

Name

Mei 19, 2024

CAKRA JATENG – MEDIA ONLINE WARGA JATENG BERITANYA WARGA JAWA TENGAH

Ekstrim, Mistis, dan Menawan Pertama Kali Jelajah Puncak 29

Kudus, KejoraMuria. Com – Mendaki menjadi kegiatan menantang yang bisa dipilih untuk menguraikan beban selama aktivitas bekerja. Tidak hanya itu, mendaki juga menjadi pilihan bagi anak muda zaman kini untuk nongkrong dan mengambil gambar keren.

Salah satu puncak di di Pegunungan Muria, Kabupaten Kudus dengan Puncak Saptorenggo atau anak muda menyebutnya Puncak Songolikur (29) menjadi puncak yang patut diperhitungkan bagi para pecinta gunung. Punya tinggi 1.602 mdpl, pendakian gunung dapat dilakukan melalui jalur Rahtawu, Gebog, Kudus.

Jangan pernah menganggap remeh karena tingginya 1.602 mdpl, para pendaki yang baru pertama kali harus memperhitungkan jalur pendakian yang panjang dan ekstrim mendekati puncak. Tapi tidak perlu khawatir, pemandangan dari puncak sangat menawan.

Saya dari redaksi Kejora Muria melakukan pendakian kali ini mencoba menaklukan track Puncak 29 melalui Dukuh Semliro, Desa Rahtawu. Pendakian dimulai sekitar pukul 19.30 Wib, full jalan kaki tentunya.

Jalur Pendakian

Kejora Muria: Itu bisa dilihat sebegitu ekstrim.

Sebenarnya jalur pendakian melalui Desa Rahtawu dari pos pendakian dapat ditempuh menggunakan ojek motor. Iya, ojek motor. Meskipun tak sampai puncak namun ojek motor dapat mencapai titik Sendang Bunton, yang kira-kira setengah perjalanan pendakian. 

Track awal pendakian, kita bakal disuguhkan jalanan menanjak dari awal. Masih normal tanjakannya, sampai-sampai kamu bertanya-tanya seberapa lama lagi, mengapa tidak kunjung sampai? Menurut saya lamanya perjalanan menuju Sendang Bunton sebab jalur pendakian zigzag dan memutar.

Penuturan kawan mendaki, Ulil menyebutkan ini kali kedua dia mendaki. Patut diapresiasi sebab dia menyebut jalur pendakian sudah lebih baik dengan adanya pengecoran jalan setapak. “Dulu gak begini, ini mending sudah cor-coran jalan setapaknya,” tandasnya.

Saya lantas menyusuri jalur pendakian menggunakan senter, sepanjang perjalanan nampak pendaki lain yang berada di seberang sana. Sangat jauh. Benar saja, saya harus menghela nafas, sejenak berhenti karena jalur pendakian full menanjak, dan beban tas berisi perlengkapan tenda cukup menguras tenaga.

Sekitar pukul 20.00 Wib, akhirnya sampai di titik Sendang Bunton, point para pendaki beristirahat sambil ngopi-ngopi, makan gorengan, atau ngemie (alias makan mie). Saya berpapasan dengan beberapa pendaki lain, ada remaja, hingga lanjut usia (di atas 40 tahun maksudnya). 

Baca juga  Pelatihan Anggota LINMAS Diperlukan untuk Tanamkan Jiwa Korsa

Di sendang, kamu bisa mengisi ulang air untuk perjalanan, juga bisa numpang buang air kencing hingga mandi. Rata-rata pendaki memilih tidur atau bermalam di Sendang Bunton sebelum akhirnya mulai meneruskan pendakian pada pukul 03.00 Wib.

Barang tentu, Saya bawa tenda dan perlengkapan lainnya memilih untuk meneruskan perjalanan mendaki. Sekitar pukul 21.00 Wib, saya pun bergabung dengan kelompok kecil Bapak-Bapak dan Mas-Mas enam orang lainnya untuk menuju Puncak 29.

Setelah track menanjak terus, kami bertemu track datar. Surga pendaki, angin semilir, seger. Tapi di tengah perjalanan sempat was-was, tiba-tiba gerimis (bukan mengundang) tapi serius Puncak 29 usut punya usut memang kerap terjadi badai di tengah perjalanan. Saya dan pendaki beristirahat di sebuah warung. Ngopi-ngopi tengah malam.

Track selanjutnya mendekati puncak, Pendaki bakal ditantang menaklukkan track terjal dengan kemiringan 45 derajat, pinggirnya jurang. Pada track ini pendaki harus waspada dan benar-benar ‘melek’ dengan jalan di depannya. Langkah pun harus hati-hati, melihat track batu dan tanah yang cukup labil.

Setelah susah payah akhirnya sekitar pukul 12.00 Wib lebih, kami sampai di gapura Puncak 29 dengan angin cukup kencang dan memutuskan mendirikan tenda di sekitar tower komunikasi. Iya tower, jadi tidak perlu khawatir, sinyal sudah pasti ok dan bisa update perjalanan juga.

Keberadaan Warung

Menariknya sepanjang jalur pendakian ada warung-warung yang bisa digunakan untuk singgah. Dari pos pendakian, pos tiga perjalanan, di Sendang Bunton, dan beberapa titik pendaki bakal sering menjumpai warung dan point istirahat. Tidak cuma itu, serius di atas Puncak 29 ada warung yang siap menyediakan logistik bagi para pendaki.

Kejora Muria: Tugu Puncak Saptorenggo atau 29.

Berdasarkan kondisi lapangan, bisa jadi kita berpikir. Bisa-bisanya ada warung, bawa dagangannya bagaimana? Itu bisa dinalar, tapi apa kamu tahu warung-warung di sepanjang perjalanan rata-rata sudah beratap galvalum. Artinya mereka harus membopong galvalum ke atas puncak? Kira-kira jawabnya begitu.

Sempat bertanya pada seorang ibu lanjut usia, yap benar padagangnya rata-rata lanjut usia lho. Mereka naik dengan beban dan berdagang diatas masih kuat, sedang kadang pendaki kembang kempis dalam perjalanan. Itu keren.

Baca juga  Serahkan Bantuan, Bupati Apresiasi Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan

Saya juga sempat berpapasan di jalan pulang, tepatnya mendekati puncak dengan seorang ibu lanjut usia yang menggendong logistik untuk jualan di warungnya. Usianya mungkin lebih dari 60 tahun. “Iya, sadean ning dhuwur (iya, jualan di puncak),” ucapnya saat ditanyai.
Menarik kan, pendaki tak perlu khawatir haus atau lapar.

Dianggap Sakral

Kejora Muria: Petilasan di atas Puncak Saptorenggo atau 29.

Bagi sebagian orang Puncak 29 menjadi puncak penting dan disakralkan. Saya, pada perjalanan pulang kerap berpapasan dengan satu keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak balita yang memang berniat untuk mencapai puncak untuk berziarah.

Faktanya menuju puncak atau di kaki Puncak 29 tempat Saya bernaung saat gerimis terdapat sebuah tempat Petilasan Eyang Ismaya. Selain itu di atas Puncak 29 terdapat satu petilasan yang menjadi tujuan pendakian sebagian orang.

Petilasan Eyang, Sang Hyang Wenang yang berada di atas puncak dikelilingi tembok. 
Di dalam petilasan terdapat gapura yang tepat di bawahnya terdapat berbagai kembang dan dupa. Jadi para pendaki tak perlu khawatir jika ada bau ‘menyan’.

Sebagian cerita menyebut jika puncak-puncak di Pegunungan Muria merupakan petilasan dari tokoh Pewayangan. 

Sunrise Menawan

Barang tentu momen matahari terbit atau sunrise menjadi favorit pendaki, khususnya kalangan anak zaman kini. Sekedar untuk foto-foto dan di share sebagai bukti ketangguhan menaklukkan puncak tertinggi Pegunungan Muria. Tapi cukup salut, mengingat track yang tidak mudah. 

Kejora Muria: Sunrise dari Puncak Saptorenggo atau 29

Kita bakal tahu dari perjalanan pulang, bisa lihat betapa jalur pendakian semalam yang dilewati. Tapi terbayar dengan keindahan alam yang nampak di atas Puncak 29, itu seperti surga yang tersembunyi, sebab puncak 29 ditengah dan dikelilingi puncak lain. Beberapa puncak di Pegunungan Muria berdiri menjulang kokoh, sementara di bagian lain lautan.

Pemandangan ini jelas tidak boleh disia-siakan dan perlu diabadikan. Tentu juga perlu sebagai bahan ‘pamer’ di media sosial. Muda-mudi berebut foto di titik-titik menarik puncak.

Jadi patut dipertimbangkan untuk mendaki Puncak 29. (*/ap)

Bagikan :