KejoraMuria. Com – Sepakbola menjadi olahraga populer di Indonesia yang mau tidak mau menyedot banyak masa sebagai suporter atau pendukung. Parahnya kebanyakan suporter merupakan penggila yang buta mata, istilah kata kalau kalah siap pasang badan. Belum termasuk penganut “senggol baku hantam”.
Baru-baru ini suporter timnas Indonesia membuat kerusuhan saat Indonesia ditekuk Malaysia dengan skor 2-3 diajang Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia. Alhasil Federasi sepak bola Asia atau AFC mengirim surat pelaporan pada Federasi sepak bola dunia atau FIFA terkait masalah tersebut.
Rupanya tidak hanya suporter di tingkat nasional yang doyan ‘rusuh’ kalau tersulut suporter lawan. Buruknya sikap semacam ini juga ditiru oleh suporter di tingkat daerah, seperti di Kabupaten Kudus.
Baru saja aksi ‘rusuh’ dan bentrok antar suporter terjadi di Kabupaten Kudus. Pertandingan lokal antara tim tuan rumah Persiku Junior melawan Pesijap (Jepara) Junior di Stadion Wergu Wetan (17/9) harus berakhir ricuh. Baik Suporter Macan Muria (SMM) maupun Banaspati (Suporter Persijap) saling baku hantam menggunakan batu. Mau tidak mau beberapa suporter terluka.
Para suporter tidak hanya baku hantam di dalam stadion, bahkan aksi saling kejar antar suporter merembet di luar stadion. Sudah pasti mereka merusak sejumlah fasilitas stadion, ya akhirnya mereka dipukul mundur oleh petugas Kepolisian.
Tidak jelas alasan para suporter ‘baku hantam’. Bahkan tidak sedikit kendaraan sepeda motor yang ‘babak belur’ dihajar para suporter. Sampai di luar kawasan stadion, di jalan-jalan mereka masih menyisakan ketakutan.
Melihat aksi baku hantam yang notabene sering terjadi di kalangan suporter bola dan itu berulang, mungkin saja perlu diselenggarakan turnamen ‘baku hantam’ antar suporter bola. Tentu diluar menyepelekan aksi rusuh itu sendiri dengan tindakan progresif dari aparat kepolisian. Namun di sisi lain, setiap orang memiliki tingkat amarah yang berbeda.
Kita bisa lihat di lapangan, tidak perlu pertandingan sepak bola. Bahkan konser atau panggung dangdut yang notabene diselenggarakan untuk hiburan, juga kerap rusuh dan ‘baku hantam’. Apalagi untuk pertandingan sepak bola dengan adu gengsi dan tensi cenderung tinggi?
Mungkin orang sangat butuh untuk melampiaskan amarahnya pada cara dan tempat yang benar. Permainan buruk tim kesayangan hingga kekalahan bisa jadi bukan satu-satunya penyebab amarah meninggi dan akhirnya pecah menjadi ‘baku hantam’ yang sebenarnya faktor pendukung lainnya ada.
Yah, turnamen ‘baku hantam’ mungkin diperlukan. Bukan pakai batu atau botol mineral. Di beberapa negara bahkan secara rutin menggelar festival ‘baku hantam’ pakai tomat busuk. Bisa dicoba? (*/ap)
BACA JUGA
Umumkan Juara Kudus Fashion Art, Hartopo Dorong Generasi Muda Selalu Berinovasi
Lomba Poster dan Film Pendek Jadi Salah Satu Cara Sosialisasi Menekan Peredaran Rolok Ilegal
Penuh Keakraban, Bupati Hartopo Gemakan Semangat Optimisme Kabupaten Kudus Makin Maju